Senin, 25 Mei 2015

ASUHAN KEBIDANANAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA

Diposting oleh Siti Faridhotun Rizkiyana di 09.13


ASUHAN KEBIDANANAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA

Disusun oleh : Siti Faridhotun Rizkiyana


A.      Pengertian Asfiksia
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat benafas secara spontan dan segera setelah lahir yang disertai dengan keadaan hipoksia hyperkanoe dan berakhir dengan asidosis.
Asfiksia berarti hipoksia yang progesif, penimbunan CO2 dan asidosis.
Asfiksia berat adalah BBL tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur sampai apnoe.
Asfiksia neonaturum adalah adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan    dan    teratur, sehingga    dapat    menurunkan    O2    dan    makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
B.       Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Asfiksia
1.      Faktor Maternal
Faktor yang dapat menyebabkan asfiksia adalah :
a.       Penyakit kronis
b.      Perdarahan ante partum Penyakit infeksi
c.       Ketuban pecah dini
2.      Faktor Neonatal
Faktor neonatal yang dapat menyebabkan asfiksia adalah :
a.       Kelainan letak
b.      Distorcia
c.       Hidramnion
d.      Lahir prematur
e.       Berat Badan Lahir rendah (BBLR)
f.       Ketuban bercampur mekonium
3.      Faktor tali pusat
a.       Kelainan tali pusat
b.      Tali pusat pendek
4.      Faktor placenta
a.       Solutio placenta
C.      Karakteristik dan Tanda-tanda Gejaia Bayi dengan Asfiksia
1.      Asfiksia Ringan
APGAR Score           : 6
Refleks                       : Moro             (+) baik
                                         Grafing           (+) baik
                                         Menghisap      (+) baik
2.      Asfiskia Berat
APGAR Score           : 4 - 6
Refleks                      : Moro              (+) baik
                                         Grafing            (+) baik
                                         Menghisap       (+) baik
3.      Asfiksia Berat
APGAR Score           : 0-3
Refleks                     : Moro              lemah
Grafing            lemah
Menghisap      lemah 
D.      Penanganan Asfiksia
1.      Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbullah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2    ini terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi   lagi   maka   timbulah   kini   rangsang   dari   nervus   vagus simpatikus sehingga mengakibatkan DJJ menjadi lebih cepat, akhirnya ireguler dan menghilang. Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih cepat dari  160 x/menit atau kurangdari  100 x/menit, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
2.      Kekurangan O2 juga merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin asfiksia.
3.      Janin akan mudah mengadakan pernafasan intra uterine dan apabila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam para.  ronkus tersumbat dan akan terjadi atelektasis bila janin lahir alveoli tidak berkembang.




E.       Penatalaksanaan Asfiksia
1.      Mencegah Kehilangan Panas
a.         Alat pemancar panas telah diaktifkan sebelumnya sehingga tempat meletakkan bayi hangat.
b.         Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas, tubuh dan kepala bayi dikeringkan   dengan   menggunakan   handuk   atau   selimut   hangat (Apabila diperlukan penghisapan lendir mekonium, dianjurkan untuk menunda pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium dihisap dari trakhea)
c.         Untuk bayi yang sangat kecil (BB kurang dari 1500 gram) atau apabila suhu ruangan sangat dingin dianjurkan untuk menutup bayi dengan sehelai plastik tipis yang tembus pandang.
2.      Meletakkan bayi dalam posisi yang benar
a.       Bayi diletakkan terlentang di alas yang datar, kepala lurus dan leher sedikit tengadah (ekstensi)
b.      Untuk mempertahankan leher agar tetap tengadah, letakkan handuk atau   selimut   yang   digulung   dibawah   bahu   bayi,   sehingga   bahu terangkat % sampai 1 inci (2-3 cm)
3.      Membersihkan jalan nafas
a.       Kepala bayi dimiringkan agar cairan berkumpul dimulut dan tidak difaring bagian belakang.
b.      Mulut dibersihkan dahulu dengan maksud :       
1)        Cairan tidak teraspirasi
2)        Hisapan pada hidung akan menimbulkan penafasan megap-megap (gasping)
3)        Apabila  mekonium  kental  dan bayi  mengalami  depresi  harus dilakukan penghisapan dari trakhea dengan menggunakan pipa endotrakhea (pipa ET)
4.       Menilai bayi
Penilaian bayi dilakukan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting bagi kelanjutan hidup bayi
a.         Usaha bernafas
b.        Frekuensi denyut jantung
c.         Warnakulit
5.        Menilai usaha bernafas
a.       Apabila bayi bernafas spontan dan memadai lanjutkan dengan menilai frekuensi denyut jantung
b.      Apabila   bayi   mengalami   apnu   atau   sukar   bernafas   dilakukan rangsangan taktil dengan menepuk-nepuk atau menyentil telapak kaki bayi   atau  menggosok-gosok  punggung  bayi   sambil   memberikan oksigen     
c.       Apabila setelah beberapa detik tidak terjadi reaksi atas rangsangan taktil, mulailah pemberian VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
d.      Pemberian oksigen harus berkonsentrasi 100% (yang diperoleh dari tabung oksigen). Kecepatan aliran oksigen paling sedikit 5 liter/menit, apabila sungkup tidak tersedia oksigen 100% persen diberikan melalui pipa yang ditutupi tangan diatas muka bayi dan aliran oksigen tetap terkonsentrasi pada muka bayi. Untuk mencegah kehilangan panas dan pengeringan  mukosa  saluran  nafas,  oksigen  yang  diberikan perlu dihangatkan dan dilembabkan melalui pipa berdiameter besar.
6.      Menilai frekuensi denyut jantung bayi
a.         Segera setelah bayi lahir, segera lakukan penilaian frekuensi denyut jantung bayi
b.          Apabila frekuensi denyut jantung bayi kurang dari 100 x/menit, walaupun bayi bernafas spontan. menjadi indikasi untuk dilakukan VTP
7.      Menilai warna kulit bayi
a.         Penilaian warna kulit diiakukan apabila bayi benafas apontan dan frekuensi denyut jantung bayi lebih dari 100 x/menit.
b.          Apabila terdapat sianosis sentral, oksigen tetap diberikan.
c.         Apabila  terdapat   sianosis  perifer,   oksigen   tidak   perlu  diberikan. Sianosis perifer disebabkan oleh karena peredaran darah yang masih lamban.
8.        Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
a.       VTP dilakukan dengan sungkup dan balon resusitasi atau dengan sungkup dan tabung.
b.       Kecepatan ventilasi 40-60 kali/menit
c.       Tekanan ventilasi untuk nafas pertama 30-40 cm H2O setelah nafas pertama memburuhkan tekanan 15-20 cm H2O.
d.      Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara nafas dikedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang bena Apabila   dengan   tahapan   diatas   dada   bayi   masih   tetap   kurang berkembang,  sebaiknya dilakukan  inkubasi endotrakheal  (ET) dan ventilasi pipa ET-balon. 

9.      Menilai frekuensi denyut jantung bayi pada saat VTP
a.       Frekuensi  denyut jantung  bayi  dinilai   setelah  selesai  melakukan
ventilasi 15-20 detik pertama.
b.      Frekuensi denyut jantung bayi dibagi dalam 3 kategori yaitu :
1)       Lebih dari 100 x/menit
2)      Antara 60-100 x/menit
3)      Kurang dari 60 x/menit
c.       Apabila frekuensi denyut jantung bayi >  100 x/menit bayi mulai bernafas  spontan.   Dilakukan  rangsangan  taktil  untuk  merangsang frekuensi dan dalamnya pernafasan. VTP dapat dihentikan dan oksigen arus   bebas diberikan, jika wajah bayi tampak merah oksigen dapat dikurangi secara bertahap. Apabila pernafasan spontan dan adekuat terjadi lanjutkan VTP.
d.      Apabila frekuensi denyut jantung bayi antara 60-100 x/menit. VTP dilanjutkan dengan memantau frekuensi denyut jantung bayi. Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 x/menit, dimulai kompresi dada bayi.
e.       Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 x/menit, VTP dilanjutkan, periksa ventilasi apakah adekuat dan oksigen yang diberikan benar 100% segera dimulai kompresi dada bayi
10.  Memasang Kateter orogastrik
a.       VTP balon dan sungkup lebih lama dari 2 menit harus dipasang
kateter orogastrik dan tetap terpasang selama ventilasi, karena selama ventilasi udara dari orofaring dapat masuk ke oesofagus dan lambung
b.      Alat yang dipakai adalah pipa orogastrik no. 8F semprit 20 ml.
11.  Kompresi dada
a.       Kompresi dada dilakukan 1/3 bagian bawah tulang dada dibawah garis khayal yang dapat menghubungkan kedua puting susu bayi, hati-hati jangan menekan prosesus sifadeus
b.      Rasio kompresi dada dan ventilasi dalam 1 menit adalah 90 kompresi dada dan 30 ventilasi  (3   :   1). Dengan demikian kompresi dada dilakukan 3 kali dalam 1,5 detik dan Vi detik untuk ventilasi 1 kali.
12.   Memberikan obat-obatan
 Obat-obatan diberikan apabila :
a.       Frekuensi jantung bayi tetap dibawah 60 permenit walaupun telah dilakukan ventilasi adekuat (dengan oksigen 100%). Dan kompresi dada untuk paling sedikit 30 detik atau frekuensi jantung nol.
b.      Dosis obat didasarkan pada berat bayi (ditaksis)
c.       Vena umbilikus adalah tempat yang dipilih untuk pemberian obat
d.      Epinefrin  ialah  obat pertama  yang  diberikan.   Dosis  0,1   -  0,3 ml/kg BB untuk larutan berkadar 1 : 10.000 diberikan IV atau melalui pipa endotrakeal
e.       Volume     expanders     digunakan     untuk     menanggulangi     efek hipovolemia. Dosis 10 ml/kg BB diberikan intra vena (IV) dengan kecepatan pemberian selama waktu 5 sampai 10 menit
13.   Keputusan untuk menghentikan resusitasi kardiopulmonal
a.       Resusitasi kardiopulmonal dihentikan apabila setelah 30 menit tindakan resusitasi dilakukan tidak ada respon dari bayi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

GMF ANA Endutz 10 Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos