MAKALAH
FAKTOR
– FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
Mata
Kuliah : Asuhan Kebidanan Kehamilan
Dosen
Pembimbing : Nur Fitri Jayanti, S. SiT
Disusun
Oleh :
1. Arina Indah Lestari NIM : 1301076
2. Dhita Elfira Viviani NIM : 1301078
3. Ratna Kuaedah Rosti NIM : 1301087
4. Silmi Kaffahtun Najah NIM : 1301089
5. Siti Faridhotun Rizkiyana NIM : 1301090
AKADEMI
KEBIDANAN KH.PUTRA BREBES
Yayasan
Pondok Pesantren Al – Hikmah 1 Benda
Jln.
Raya Benda – Sirampog, Brebes 52272
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN dengan
judul “ FAKTOR – FAKTOR YANG MEPENGARUHI KEHAMILAN ” ini dapat terselesaiakan
semaksimal mungkin, walaupun mengalami berbagai kesulitan.
Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, bukan karena usaha
dari kami selaku penulis, melainkan banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah
membantu kami baik itu dosen kami dan semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami selaku
penulis makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tugas kami selanjutnya.
Demikian kami selaku penulis makalah, mohon maaf bila dalam pembuatan makalah
ini ada hal-hal yang kurang berkenan. Semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.
Benda, 20
Desember 2014
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Status kesehatan ibu hamil sangat
berpengaruh terhadap masa depan kesejahteraan janin dan merupakan suatu
cerminan dari keadaan janin yang aktual. Status kesehatan dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang tidak semua ibu mengetahuinya. Bukan hanya
faktor fisik ibu yang dapat dinilai dengan status kesehatan, melainkan juga
sehat dalam arti ibu tidak merasa terpaksa mempersiapkan segala sesuatu untuk
kehamilannya (faktor sosbud dan ekonomi). Dengan begitu sangat perlu bagi
para tenaga kesehatan untuk memahami seluruh kebutuhan ibu dalam masa
antenatal, intranatal dan postnatal yang akan sangat menunjang proses
persalinan nanti.
B. Tujuan Masalah
Setelah
membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1.
Mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
kehamilan
2.
Mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor
sosial budaya, ekonomi dalam menjaga kehamilan
3.
Mengetahui apa saja yang memengaruhi status kesehatan
ibu hamil
4.
Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kesehatan ibu
hamil
BAB II
PEMBAHASAN
FAKTOR –
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
A. FAKTOR LINGKUNGAN
Banyak
alasan mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil,
beberapa alasan antara lain karena kemiskinan, kurangnya pelayanan medic,
kurang pendidikan dan pengetahuan, termasuk pengaruh sosial budaya berupa
kepercayaan yang merugikan atau
membahayakan.
Seseorang
bidan biasanya mencoba bekerja memberikan asuhan kepada ibu hamil secara
pribadi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun seringkali
masalah-masalah tersebut merupakan
masalah yang terdapat pada masyarakat yang mudah dipecahkan. Sehingga bidan
perlu melibatkan keluarga dan masyarakat agar memperhatikan kebutuhan dan
keselamatan ibu hamil.
Pada masyarakat yang selalu
bepergian dan berpindah-pindah (travelers) masalah yang sering terjadi adalah
kurangnya informasi mengenai kesehatan karena diakibatkan sulitnya akses
kesehatan yang mereka dapatkan karena kebiasaan mereka hidup berpindah-pindah
sehinhgga pelayanan kesehatan yang berkesinambungan tidak dapat mereka peroleh.
Biasanya mereka tinggal di taman yang dekat dengan jalan raya atau rel kereta
api dimana air dan udara yang mereka dapatkan kurang terjamin kebersihannya
bahkan tidak sedikit dari mereka tinggal di tempat pembuangan sampah atau di
dekat pabrik. Para traveler ini biasanya tidak mementingkan kesehatan dirinya
walaupun pada saat hamil, 6 minggu postpartum, pelayanan KB, bahkan anak-anak
mereka tidak mendapatkan pemeriksaan rutin tumbuh kembangnya dan imunisasi. (Indrayani. 2011)
Petugas kesehatan harus
memperhatikan dan mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat berisiko bagi
wanita hamil, baik lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja yang dapat
berisiko pada kehamilan. (Indrayani. 2011)
Banyak alasan mengapa ibu mengalami
kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil, beberapa alasan antara lain
karena kemiskinan , kurangnya pelayanan medis, kurang pendidikan dan
pengetahuan, termasuk pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan yang merugikan
atau membahayakan.
Seorang
bidan biasanya mencoba bekerja memberikan asuhan kepada ibu hamil secara
pribadi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun sering kali
masalah-masalah tersebut merupakan masalah yang terdapat pada masyarakat yang
tidak mudah dipecahkan. Sehingga bidan perlu melibatkan keluarga dan masyarakat
agar memperhatikan kebutuhan dan keselamatan ibu hamil.
B.
FAKTOR
KEBIASAAN DAN ADAT ISTIADAT
Bidan harus dapat
mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai kepercayaan atau adat
kebiasaan tabu setempat yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudiaan menilai
apakah hal tersebut bermanfaat, netral ( tidak berpengaruh pada keamanan atau
kesehatan), tidk jelas ( efek tidak diketahui/ tidak dipahami) atau
membahayakan. Terutama bila faktor budaya tersebut dapat menghambat pemberian
asuhan yang optimal bagi ibu hamil. Bidan harus mampu mencari jalan untuk
menolongnya atau menyakinkan ibu untuk merubah kebiasaanya dengan memberikan
penjelasan yang benar. Tentu saja hal ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak
yang berperan dalam keluarga dan masyarakat.
Ada beberapa kebiasaan
adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat
menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan local”
yang sudah berlaku di daerah tersebut.Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat
melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa, pendekatan tokoh
masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media efektif. Namun, tenaga
kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya
menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita menemukan adanya adat yang sama sekali
tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan
respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan
masyarakat.
Gaya hidup
sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya
tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan
dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang
berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal
baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga
sebaliknya. (Indrayani. 2011)
Yang tidak
kalah penting adalah personal hygiene.
Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya
setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara dan pakaian
yang menyerap keringat. Bagi wanita hamil pada kebanyakan kebudayaan,
pemeliharaan kesehatan selama menantikan
kelahiran termasuk keseimbangan dan keharmonisan dalam setiap hubungan
wanita dengan keadaan fisiknya, sosial dan lingkungan prenatal. (Indrayani. 2011)
Kebiasaan
budaya adalah faktor lain yang memperburuk kondisi perempuan. Mitos yang
berkaitan dengan kesehatan, yaitu; dipantangnya bagi perempuan untuk memakan
makanan tertentu yang masih banyak melekat pada sebagian masyarakat di
Indonesia. Dengan melakukan pantangan berbagai macam makanan karena terikat
dengan mitos itu perempuan kehilangan akses terhadap gizi dan nutrisi makanan tertentu.
Akibat kurang gizi itulah salah satunya menjadi pemicu perempuan sangat rentan
ketika hamil dan melahirkan. (Indrayani. 2011)
Pada
masyarakat imigran risiko kesehatan yang terjadi tergantung pada ras,
kepercayaan, kebudayaan dan Negara asalnya. Mereka dapat menderita defisiensi
vitamin D, kalsium dan zat besi karena pola makan yang kurang baik. Hal ini
dapat ditimbulkan karena adanya larangan-larangan misalnya diet vegetarian.
Para imigran tersebut berisiko mengidap penyakit hipokalsemi, rakhitis thalasemia
dan sickle cell disease. (Indrayani. 2011)
Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai
kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat yang berpengaruh terhadap
kehamilan. Kemudian menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral (tidak
berpengaruh pada keamanan atau kesehatan), tidak jelas (efek tidak
diketahui/tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama bila faktor budaya
tersebut dapat menghambat pemberian asuhan yang optimal bagi ibu hamil. Bidan
harus mampu mencari jalan untuk menolongnya atau meyakinkan ibu untuk merubah
kebiasaanya dengan memberikan penjelasan yang benar. Tentu saja hal ini
memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang berperan dalam keluarga dan
masyarakat.
Faktor Lingkungan dan Adat Istiadat
ini meliputi
berbagai kegiatan yang dilakukan secara turun temurun sejak dahulu ada dan
dijaga baik proses dan tata caranya hingga sekarang yang tentunya dikhususkan
pada ibu hamil. Kegiatan tersebut diantaranya adalah :
1. Mitos
Mitos ialah suatu kepercayaan yang melekat pada disuatu lingkungan
masyarakat tetentu pada daerah tertentu. Mitos bersifat local atau hanya pada
daerah tertentu yang memegang teguh kepercayaan tersebut, kadang mitos berupa
larangan atau hal yang harus dihindari karena mereka parcaya bila hal tersebut
dilakukan akan berdampak pada kehidupan mereka atau akan terjadi hal buruk pada
mereka. Di Indonesia, utamanya di pedesaan daerah Jawa berlaku begitu banyak
mitos (larangan) seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi
makanan, keseharian, tindak tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan
keseharian si ibu hamil ataupun si jabang bayi. Tradisi ini amat kuat
diterapkan oleh masyarakat. Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat /
pesan dari nenek moyang yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak / karma
yang tidak menyenangkan.
Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis, maupun
dari segi aqidah, banyak mitos yang tidak berhubungan. Walaupun maksud dari
nenek-nenek moyang semuanya adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat atau
pantangan kehamilan yang diberitahukan itu benar secara medis maupun ilmiah.
Kebanyakan hanya berdasarkan mitos atau kepercayan saja daripada kenyataannya.
Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos
bermacam-macam tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu hamil maupun suaminya
dapat menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang
sehat. Sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang
berkaitan dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa mitos / adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan
kehamilan:
a. Tradisi masa
kehamilan :
1)
Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang.
Sebab, jika itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan
perbuatannya itu.
Fakta :
Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi,
penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling
banyak disebabkan karena penyakit, gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu
(misal benturan) dan karena psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Tapi,
yang perlu diingat, membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak
bisa dibenarkan.
2)
Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di
kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya.
Fakta : Hal
ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu.
3)
Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh
jahat yang akan mengganggu janin.
Fakta :
secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga pada
malam hari tidak dianjurkan bepergian. Secara
medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan keluar malam terlalu lama, apalagi
larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat
disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2).
4)
Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara
berlebihan, nanti anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya
Ibu yang sedang hamil dapat menjaga batinnya agar tidak membenci seseorang
berlebihan.
5)
Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti
anaknya jadi kembar siam.
Fakta : Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar
dempet / kembar siam tidak dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan
oleh ibu hamil. Jelas ini hanyalah sebuah mitos.
6)
“Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan
sebagai "dzikir"-nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang
menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya dengan harapan janin
terhindar dari kejadian tersebut.
Fakta : Secara psikologis, perilaku tersebu justru
dapat berujung pada ketakutan yang tidak bermanfaat.
7)
Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang
menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya.
Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan
janin dalam kandungan gugur.
Fakta : Secara medis-biologis, Getah nanas muda
mengandung senyawa yang dapat melunakkan daging. Tetapi buah nanas yang sudah
tua atau disimpan lama akan semakin berkurang kadar getahnya. Demikian juga
nanas olahan. Yang pasti nanas mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan
kadar tinggi sehingga baik untuk kesehatan.
8)
Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak
pada kulit bayi.
Fakta : Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan
buah stroberi. Yang perlu diingat, jangan makan stroberi terlalu banyak, karena
bisa sakit perut. Mungkin memang bayi mengalami infeksi saat di dalam rahim atau
di jalan lahir, sehingga timbul bercak-bercak pada kulitnya.
9)
Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.
Fakta : Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum
dibersihkan memang sedikit berbau amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang
dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena aroma (bau) cairan ketuban. Yang
terbaik, tentu saja makan ikan matang. Karena kebersihannya jelas terjaga
ketimbang ikan mentah.
10)
Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es
atau minuman dingin diyakini menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga
dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.
Fakta : Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah
makanan yang bergizi baik dan faktor keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak
berlebihan. Karena jika terlalu banyak, ulu hati akan terasa sesak dan ini
tentu membuat ibu hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang
berlebihan akan selalu berdampak tak baik.
11)
Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu
sendok makan per hari) menjelang kelahiran. Maksudnya agar proses persalinan
berjalan lancar.
Fakta : Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan
akan dipecah dalam usus halus menjadi asam amino, glukosa, asam lemak, dan
lain-lain agar mudah diserap oleh usus.
2.
Upacara Adat Masa Kehamilan
a.
Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2 atau
3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan
barulah disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan
sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah
betul-betul hamil
Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada saat
kehamilan menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah
saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan
upacara Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk membacakan do’a
selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna,
sehat, dan selamat.
b.
Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu
mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan
ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya
tutup, maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh
bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan
jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini
untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini
biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat
Lukman dan surat Maryam.
Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu
hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam
buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat
yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain
batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang
7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu
hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar
(licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang
telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini
dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir
dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya
bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung
supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa menuju ke
tempat rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual
rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara itu, dan
mereka membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah
dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak, suaminya
membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran, belut, bunga,
dsb. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga.
Setelah rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat
tingkeban.
c.
Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara sembuilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan
bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang
dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara
ini dibuar bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat
kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan beserta
nasi tumpeng atau makanan lainnya.
d.
Upacara Reuneuh Mundingeun
Upacara Reuneuh Mundingeun dilaksanakan apabila perempuan yang mengandung
lebih dari sembilan bulan,bahkan ada yang sampai 12 bulan tetapi belum
melahirkan juga, perempuan yang hamil itu disebut Reuneuh Mundingeun, seperti
munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar perempuan
yang hamil tua itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar tidak
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh
indung beurang sambil membaca doa dibawa ke kandang kerbau. Kalau tidak ada
kandang kerbau, cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Perempuan
yang hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan menirukan bunyi kerbau sambil
dituntun dan diiringkan oleh anak-anak yang memegang cambuk. Setelah
mengelilingi kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh indung beurang dimandikan
dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini sudah jarang
dilaksanakan.
3.
Adat budaya
a.
Masyarakat batak : Bila ada bayi lahir dirumah
sendiri, si ayah akan langsung membelah kayu dengan suara yang sangat keras dan
akan membuka jendela dapur lbar-lebar dengan tujuan kayu yang tadi dibelah lalu
dibakar supaya asapnya membumbung tinggi. Ini menjadi pertanda bahwa di rumah
tersebut ada sebuah kehidupan baru
b.
Agama lain : Adat atau budaya agama lain hampir sama
atau serupa dengan agama islam tergantung lingkungan agama tersebut misalnya
agama selain islam juga mengadakan syukuran bila kehamilan telah mencapai usia
4 bulan atau 7 bulan. Hanya saja bila dalam islam acara tasyakuran diisi dengan
bacaat do’a-do’a yang ada dalam al-qur’an, agama lain dibacakan do’a-do’a
menurut kepercayaan mereka
C.
FASILITAS
KESEHATAN
Fasilitas
kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan kesehatan untuk
memeriksa kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya
fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang mudah dan terjangkau akan
memberi kemudaahan bagi ibu hamil untuk sering memeriksakan kehamilannya dan
untuk mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat. Bidan dapat memberikan
informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang pemanfaatan sarana
kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM dan fasilitas kesehatan lainnya
yang sangat penting dan aman bagi kehamilan dan persalinannya.
Adanya
fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan
kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih
tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas
kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka
kesehatan ibu (AKI)
Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan
kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan dengan
aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang mudah
terjangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk sering memeriksakan
kehamilannya dan untuk mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat. Bidan
dapat memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang
pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM, dan
fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan aman bagi kehamilan dan
persalinanya.
Fasilitas
kesehatan dikatakan baik atau tidak baik sesuai dengan (Indrayani. 2011):
1.
Jangkauan. Apakah fasilitas kesehatan tersebut dapat
dijangkau dengan mudah atau sulit.
2.
Kelengkapan. Demi kelancaran tenaga kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat diharapkan kelengkapannya terpenuhi.
Minimal dapat menangani kegawatdaruratan.
3.
Tenaga kesehatan. Dalam memberikan pelayanan harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan.
Fasilitas
kesehatan yang lengkap akan mendukung dalam target penurunan AKI dan AKB, Yaitu
:
1.
Fasilitas kesehatan di tingkat desa PUSTU, pondok
bersalin yang disediakan untuk bidan PTT
2.
Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kelurahan
biasanya kurang lengkap sehingga pada pelaksanaannya apabila ada ibu hamil yang
memerlikan tindakan kegawat daruratan
3.
Dirujuk ke rumah sakit yang ada di wilayah kabupaten
dimana mempunyai fasilitas perlengkapan alat yang lebih lengkap, dan tenaga
medis, dokter spesialis lebih banyak
4.
Untuk itu sebagai bidan harus mempunyai pengetahuan
dan keterampilan yang luas agar dalam memberikan pelayanan pada masyarakat
setidaknya bisa memberikan pertolongan pertama pada tindakan kegawat daruratan
Adanya
fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan
kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih
tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas
kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka
kesehatan ibu (AKI).
Pemanfaatan
pelayanan antenatal care dan sejumlah ibu hamil di Indonesia belum sepenuhnya
sesuai dengan pedoman yang di tetapkan. Hal ini cenderung menyulitkan tenaga
kesehatan dalam melekukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara
teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor resiko kehamilan
yang penting segera di tangani. Fasilitas kesehatan
Kurangnya
pemanfaatan antenatal care oleh ibu hamil ini berhubungan dengan faktor-faktor:
a.
Predis posisi (predis porsing factors)
Terwujud dalam pendidikan umlah anak, pendidikan suami, sikap, umur,
pekerjaan, pendataan, pengetahuan ibu hamil dan sebagaimnya.
b.
Pemungkin atau pendukung (enabling factors)
Terwujud dalam jarak fisik lokasi, biaya antenatal care, fasilitas
pelayanan antenatal care, waktu tunggu dan sebagainya.
c.
Penguat (reinforcing factors )
terwujud dalam perilaku petugas pelayanan antenatal care, sikap petugas
pelayanan antenatal care, sikap tokoh masyarakat.
Dampak dari
kurangnya pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil akan menimbulkan kerugian
tidak saja pada ibu hamil itu sendiri tetapi juga pengaruh buruk bagi anak yang
akan dilahirkan.
Penyebab
kematian ibu di Indonesia antara lain :
- Perdarahan
- Infeksi dan eklamsia
- Anemia
- Terlalu muda atau tua,sering dan banyak
Macam-macam
fasilitas kesehatan :
1)
PUSKESMAS
Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang
bertempat di kecamatan dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan
klinik2 kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan rakyat.
Sasaran pelayanan di klinik keperawatan adalah
kasus-kasus yang memerlukan asuhan keperawatan yang terdiri dari :
a)
Sasaran prioritas
Sasaran prioritas individu adalah usia lanjut, penderita
penyakit menular (a.l TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare,
Ispa,/Penumonia), penderita penyakit degeneratif. Sasaran prioritas ini kemudian
akan dilakukan tindak lanjut dengan kunjungan rumah untuk mengurangi potensi
penyebaran penyakit, ketidak teraturan minum obat, dan meminimalkan bertambah
buruknya kondisi pasien karena faktor lain di lingkungan tempat tinggal.
b)
Sasaran non prioritas
Adalah sasaran yang perlu mendapatkan asuhan
keperawatan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan pengobatan
ataupun pelayanan kesehatan ainnya. Antara lain : jahit luka, perawatan luka,
ganti balutan, kontrol pasca operasi, perawatan luka bakar, pembersihan kotoran
ditelinga, circumcisi/kithan, pemasangan kateter, pemeriksaan rekam jantung,
oksigenasi, dan tindakan lain
sesuai dengan ketersediaan sarana di masing-masing Puskesmas.
sesuai dengan ketersediaan sarana di masing-masing Puskesmas.
Masyarakat golongan ekonomi lemah
selalu diidentikkan dengan kelompok orang miskin. Pengidentifikasian ini
didasarkan pada rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan, rendahnya tingkat
kesehatan, rendahnya tingkat produktivitas dan minimnya permodalan menjadi
faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya daya tabung
dan juga rendahnya posisi tawar dengan pihak luar. Masing-masing seperti mata
rantai yang membentuk lingkaran kemiskinan yang tidak berujung pangkal, yang
pada akhirnya berdampak pada penurunan pendapatan per kapita.
2)
RUMAH SAKIT
Tipe rumah
sakit di Indonesia terdiri dari :
a)
Rumah sakit umum
b)
Rumah sakit terspesialisasi
c)
Rumah sakit penelitian atau pendidikan
d)
Rumah sakit lembaga atau perusahaan
Klinik Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi
sehubungan dengan turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan Indonesia, melalui keputusan Dirjen Pelayanan Medik.
Sasaran
pelayanan / macam-macam pelayanan yang diberikan :
o Melaksanakan
pelayanan medis, pelayanan penunjang medis
o Pelaksanaan
pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis
o Melaksanakan
pelayanan kedokteran kehakiman
o Melaksanakan
pelayanan medis khusus
o Melaksanakan
pelayanan rujukan kesehatan
o Melaksanakan
pelayanan kedokteran gigi
o Melaksanakan
pelayanan kedokteran social
o Melaksanakan
pelayanan penyuluhan kesehatan
o Melaksanakan
pelayanan penyuluhan rawat jalan Atau rawat darurat dan rawat tinggal.
D.
FAKTOR
EKONOMI
Keadaan
ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan
ibu karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama
kehamilan antara lain makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan,
tenaga kesehatan dan transportasi/ sarana angkutan. Masalah keuangan sering
timbul didalam kehidupan keluarga. Memang dalam hal ini bidan tidak bertanggung
jawab atas pemecahan masalah keluarga tetapi hendaknya menunjukan empatinya
serta mencoba memberikan pemahaman akan manfat finansial yang tersedia untuk
kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan harus dapat memperoleh informasi
mengenai kondisi ekonomi klien apakah ibu dan keluarga tidak mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya selama kehamilan.
Tingkat
social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil yang baik
otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula.
Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas,
selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan
dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
Ibu akan
lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai seorang ibu.
Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ibu hamil yang lemah akan mendapatkan
banyak kesulitan terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer.
Tingkat
social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil yang baik
otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula.
Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas,
selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan
dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
1.
Sosial ekonomi menentukan bagaimanakah seseorang dalam
memilih fasilitas dalam pelayanan kesehatan
2.
Banyak masyarakat di indonesia yang mempunyai sosial
ekonomi di bawah garis kemiskinan
3.
Dalam pengambilan keputusan sering terjadi
keterlambatan sehingga berdampak kefatalan dan kematian
4.
Program pemerintah yaitu: adanya ASKES untuk para PNS,
JPKM, ASESKIN
5.
Diharapkan dapat meringankan beban dari segi
pembiayaan masyarakat
6.
Ada pula bila ibu tinggal ditempat yang kumuh, dan
rumah kontrakan yang sempit. Keadaan ini sangat tidak nyaman bagi ibu, dan pada
akhirnya akan membuat ibu stress dan tergaggu psikisnya.
Keadaan ibu hamil yang ada pada posisi :
a.
Ekonomi bawah
b.
Ekonomi tengah
c.
Ekonomi atas
Meliputi
kondisi kesehatan, frekuensi ANC, tempat periksa,dan asupan nutrisi selama
hamil ialah sebagai berikut :
- Ibu hamil dari ekonomi bawah
Kondisi kesehatan ibu hamil dari
ekonomi bawah biasanya kurang. Ini bisa disebabkan karena kurangnya fasilitas
kesehatan yang tersedia atau karena kurangnya dana bagi ibu dan bisa juga karena
kurangnya pengetahuan si ibu untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu
hamil yang berasal dari ekonomi bawah ini, jarang atau bahkan tidak
memeriksakan kehamilannya karena keterbatasan dana, dan pengetahuan ibu untuk
memeriksakan kondisi kehamilannya. Ibu mungkin akan berkunjung ke rumah bidan
untuk memeriksakan kondisi kehamilanya bila merasakan adanya hal yang tidak
beres pada kehamilannya. Asupan nutrisi ibu hamil ini tentunya kurang karena
janin yang ada di kandungan membutuhkan banyak sekali nutrisi sdangkan untuk
makan pun hanya bisa satu kali sehari.
- Ibu hamil dari ekonomi menengah
Kondisi kesehatan ibu hamil dari
ekonomi menengah umumnya cukup. Ini disebabkan karena baik dari fasilitas
kesehatan yang tersedia atau karena dana bagi ibu yang memadai bgi iu untuk
memeriksakan kehamilannya dan bisa juga karena ibu berpengetahuan untuk menjaga
kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari ekonomi menengah
ini, cukup rutin setiap trimesternya untuk memeriksakan kondisi kehamilannya.
Biasanya si ibu akn memeriksakan kehamilannya di bidan. Asupan nutrisi ibu
hamil ini cukup bagi janin yang ada di kandungan, janin membutuhkan banyak
sekali nutrisi. Ibu akan berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bagi
janinnya karena dengan terpenuhinya nutrisi janin, janin akan berkembang
maksimal.
- Ibu hamil dari ekonomi atas
Kondisi kesehatan ibu hamil dari
ekonomi atas umumnya baik. Ini disebabkan karena baik dari fasilitas kesehatan
yang tersedia atau dana bagi ibu yang memadai bagi ibu untuk memeriksakan
kehamilannya dan karena ibu berpengetahuan untuk menjaga kesehatannya.
Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari ekonomi atas ini, rutin setiap
trimesternya untuk memeriksakan kondisi kehamilannya. Ibu akan memeriksakan
kondisi kehamilannya ke bidan atau dokter spesialis kandungan. Asupan nutrisi
ibu hamil ini cukup bagi janin yang ada di kandungan, janin membutuhkan banyak
sekali nutrisi. Ibu akan berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bagi
janinnya karena dengan terpenuhinya nutrisi janin, janin akan berkembang
maksimal. Selain asupan nutrisi, ibu hamil dari ekonomi atas ini juga melakukan
senam hamil untuk menjaga kehamilannya baik dan berharap nantinya saat
persalinan akan mudah.
Ekonomi juga
selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga
dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,
merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya
dengan baik. (Indrayani. 2011)
Jika seorang
wanita termasuk keluarga miskin, maka perempuan terjerat hidup dengan gizi
rendah dan akhirnya menderita anemia dan cenderung melahirkan anak dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) sehingga dalam proses tumbuh kembang selanjutnya
mengalami hambatan. Kemiskinan sangat berpengaruh menentukan tingkat akses dan
pelayanan kesehatan bagi perempuan maupun Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE). (Indrayani. 2011)
Keadaan
ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain makanan sehat, bahan
persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan, dan transportasi/sarana
angkutan.
Masalah
keuangan sering timbul di dalam kehidupan keluarga. Memang dalam hal
ini bidan tidak bertanggung jawab atas pemecahan masalah keluarga tetapi
hendaknya menunjukan empatinya serta mencoba memberikan pemahaman akan manfaat
finansial yang tersedia unutk kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan harus
dapat memperoleh informasi mengenai kondisi ekonomi klien apakah ibu dan
keluarga tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya selama
kehamilan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya
dan Ekonomi Kebiasaan Adat Istiadat Persepsi tentang kehamilan berbeda-beda
menurut adat-istiadat daerah masing-masing. Kebiasaan/mitos tersebut dapat
mempengaruhi psikologi ibu (cemas dan khawatir).
Fasilitas Kesehatan yang memadai
akan sangat menentukan kualitas pelayanan. o Deteksi dini terhadap kemungkinan
adanya penyulit akan lebih tepat. o Langkah antisipatif akan lebih cepat
diambil. o Upaya penurunan angka kematian ibu ( AKI ).
Ekonomi q Tingkat
sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikologis ibu
hamil. q Ibu hamil dengan kondisi ekonomi
yang lemah akan mendapatkan banyak kesulitan terutama masalah pemenuhan
kebutuhan primer.
B.
Saran
Untuk Masyarakat diharapkan dapat
memahami betapa pentingnya mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin jadi masyarakat harus dapat berfikir realistis bahwa
kebiasaan adat yang kurang baik atau bahkan dapat merugihkan jangan ditiru.
Untuk Ibu hamil diharap dapat
memilih yang terbaik bagi kondisi bayi dan janin ibu sendiri jangan mengikuti
adat yang dapat merugihkan bagi si ibu dan bayi kebutuhan gizi harus simbang
agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan juga faktor lingkungan
sangat berperan dalam kondisi ibu dan bayi hindari polo-pola yang buruk dan
ekonomi harus diperhatikan agar saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
dapat ditangani dengan baik.
Kami sadar bahwa
makalah yang kami susun masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang positif dan membangun, guna
penyusunan makalah kami berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah dan yulianti, 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan I. Jakarta : Trans Info Media ( TIM )
Kurnia Fatmala, Norma. 2012. Faktor – faktor Yang
Mempengaruhi Kehamilan. ( Online ) Tersedia : http://midwifemala.blogspot.com/2011/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Yuechan, 2011. Faktor
Yang Mempengaruhi Kehamilan. ( Online ) Tersedia : http://ssilolaa.blogspot.com/2011/04/askeb-1-faktor2-yg-memengaruhi.html
Liana, Merry. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan. ( Online ) Tersedia : http://merry-creations.blogspot.com/2013/02/faktor-luar-yang-mempengaruhi-kehamilan.html
Fanna, Opi. 2012. Faktor
Yang Mempengaruhi Kehamilan. ( Online ) Tersedia : http://www.slideshare.net/septianraha/askeb-i-faktor-yg-mempengaruhi-kehamilan
Diakses pada tanggal 20 Desember 2014 pukul 14.00 s.d
0 komentar:
Posting Komentar