Senin, 25 Mei 2015

MAKALAH FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN

Diposting oleh Siti Faridhotun Rizkiyana di 09.43


MAKALAH
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Kehamilan
Dosen Pembimbing : Nur Fitri Jayanti, S. SiT







Disusun Oleh :

1.      Arina Indah Lestari                   NIM : 1301076
2.      Dhita Elfira Viviani                    NIM : 1301078
3.      Ratna Kuaedah Rosti                 NIM : 1301087          
4.      Silmi Kaffahtun Najah              NIM : 1301089
5.      Siti Faridhotun Rizkiyana         NIM : 1301090



AKADEMI KEBIDANAN KH.PUTRA BREBES
Yayasan Pondok Pesantren Al – Hikmah 1 Benda
Jln. Raya Benda – Sirampog, Brebes 52272

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN dengan judul “ FAKTOR – FAKTOR YANG MEPENGARUHI KEHAMILAN  ini dapat terselesaiakan semaksimal mungkin, walaupun mengalami berbagai kesulitan.
            Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, bukan karena usaha dari kami selaku penulis, melainkan banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu kami baik itu dosen kami dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
            Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami selaku penulis makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas kami selanjutnya.
            Demikian kami selaku penulis makalah, mohon maaf bila dalam pembuatan makalah ini ada hal-hal yang kurang berkenan. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.


Benda, 20 Desember 2014




Penyusun






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Status kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap masa depan kesejahteraan janin dan merupakan suatu cerminan dari keadaan janin yang aktual.  Status kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak semua ibu mengetahuinya.  Bukan hanya faktor fisik ibu yang dapat dinilai dengan status kesehatan, melainkan juga sehat dalam arti ibu tidak merasa terpaksa mempersiapkan segala sesuatu untuk kehamilannya (faktor sosbud dan ekonomi).  Dengan begitu sangat perlu bagi para tenaga kesehatan untuk memahami seluruh kebutuhan ibu dalam masa antenatal, intranatal dan postnatal yang akan sangat menunjang proses persalinan nanti.

B.     Tujuan Masalah
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1.      Mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kehamilan
2.      Mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor sosial budaya, ekonomi dalam menjaga kehamilan
3.      Mengetahui apa saja yang memengaruhi status kesehatan ibu hamil
4.      Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kesehatan ibu hamil












BAB II
PEMBAHASAN

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN
A.    FAKTOR LINGKUNGAN
Banyak alasan mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil, beberapa alasan antara lain karena kemiskinan, kurangnya pelayanan medic, kurang pendidikan dan pengetahuan, termasuk pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan yang merugikan atau  membahayakan.
Seseorang bidan biasanya mencoba bekerja memberikan asuhan kepada ibu hamil secara pribadi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun seringkali masalah-masalah  tersebut merupakan masalah yang terdapat pada masyarakat yang mudah dipecahkan. Sehingga bidan perlu melibatkan keluarga dan masyarakat agar memperhatikan kebutuhan dan keselamatan ibu hamil.
Pada masyarakat yang selalu bepergian dan berpindah-pindah (travelers) masalah yang sering terjadi adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan karena diakibatkan sulitnya akses kesehatan yang mereka dapatkan karena kebiasaan mereka hidup berpindah-pindah sehinhgga pelayanan kesehatan yang berkesinambungan tidak dapat mereka peroleh. Biasanya mereka tinggal di taman yang dekat dengan jalan raya atau rel kereta api dimana air dan udara yang mereka dapatkan kurang terjamin kebersihannya bahkan tidak sedikit dari mereka tinggal di tempat pembuangan sampah atau di dekat pabrik. Para traveler ini biasanya tidak mementingkan kesehatan dirinya walaupun pada saat hamil, 6 minggu postpartum, pelayanan KB, bahkan anak-anak mereka tidak mendapatkan pemeriksaan rutin tumbuh kembangnya dan imunisasi. (Indrayani. 2011)
Petugas kesehatan harus memperhatikan dan mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat berisiko bagi wanita hamil, baik lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja yang dapat berisiko pada kehamilan. (Indrayani. 2011)
Banyak alasan mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil, beberapa alasan antara lain karena kemiskinan , kurangnya pelayanan medis, kurang pendidikan dan pengetahuan, termasuk pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan yang merugikan atau membahayakan.
Seorang bidan biasanya mencoba bekerja memberikan asuhan kepada ibu hamil secara pribadi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun sering kali masalah-masalah tersebut merupakan masalah yang terdapat pada masyarakat yang tidak mudah dipecahkan. Sehingga bidan perlu melibatkan keluarga dan masyarakat agar memperhatikan kebutuhan dan keselamatan ibu hamil.

B.     FAKTOR KEBIASAAN DAN ADAT ISTIADAT
Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudiaan menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral ( tidak berpengaruh pada keamanan atau kesehatan), tidk jelas ( efek tidak diketahui/ tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama bila faktor budaya tersebut dapat menghambat pemberian asuhan yang optimal bagi ibu hamil. Bidan harus mampu mencari jalan untuk menolongnya atau menyakinkan ibu untuk merubah kebiasaanya dengan memberikan penjelasan yang benar. Tentu saja hal ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang berperan dalam keluarga dan masyarakat.
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan local” yang sudah berlaku di daerah tersebut.Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa, pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat.
Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. (Indrayani. 2011)
Yang tidak kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara dan pakaian yang menyerap keringat. Bagi wanita hamil pada kebanyakan kebudayaan, pemeliharaan kesehatan selama menantikan  kelahiran termasuk keseimbangan dan keharmonisan dalam setiap hubungan wanita dengan keadaan fisiknya, sosial dan lingkungan prenatal. (Indrayani. 2011)
Kebiasaan budaya adalah faktor lain yang memperburuk kondisi perempuan. Mitos yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu; dipantangnya bagi perempuan untuk memakan makanan tertentu yang masih banyak melekat pada sebagian masyarakat di Indonesia. Dengan melakukan pantangan berbagai macam makanan karena terikat dengan mitos itu perempuan kehilangan akses terhadap gizi dan nutrisi makanan tertentu. Akibat kurang gizi itulah salah satunya menjadi pemicu perempuan sangat rentan ketika hamil dan melahirkan. (Indrayani. 2011)
Pada masyarakat imigran risiko kesehatan yang terjadi tergantung pada ras, kepercayaan, kebudayaan dan Negara asalnya. Mereka dapat menderita defisiensi vitamin D, kalsium dan zat besi karena pola makan yang kurang baik. Hal ini dapat ditimbulkan karena adanya larangan-larangan misalnya diet vegetarian. Para imigran tersebut berisiko mengidap penyakit hipokalsemi, rakhitis thalasemia dan sickle cell disease. (Indrayani. 2011)
Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudian menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral (tidak berpengaruh pada keamanan atau kesehatan), tidak jelas (efek tidak diketahui/tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama bila faktor budaya tersebut dapat menghambat pemberian asuhan yang optimal bagi ibu hamil. Bidan harus mampu mencari jalan untuk menolongnya atau meyakinkan ibu untuk merubah kebiasaanya dengan memberikan penjelasan yang benar. Tentu saja hal ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang berperan dalam keluarga dan masyarakat.
Faktor Lingkungan dan Adat Istiadat ini meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan secara turun temurun sejak dahulu ada dan dijaga baik proses dan tata caranya hingga sekarang yang tentunya dikhususkan pada ibu hamil. Kegiatan tersebut diantaranya adalah :
1.      Mitos
Mitos ialah suatu kepercayaan yang melekat pada disuatu lingkungan masyarakat tetentu pada daerah tertentu. Mitos bersifat local atau hanya pada daerah tertentu yang memegang teguh kepercayaan tersebut, kadang mitos berupa larangan atau hal yang harus dihindari karena mereka parcaya bila hal tersebut dilakukan akan berdampak pada kehidupan mereka atau akan terjadi hal buruk pada mereka. Di Indonesia, utamanya di pedesaan daerah Jawa berlaku begitu banyak mitos (larangan) seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi makanan, keseharian, tindak tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan keseharian si ibu hamil ataupun si jabang bayi. Tradisi ini amat kuat diterapkan oleh masyarakat. Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat / pesan dari nenek moyang yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak / karma yang tidak menyenangkan.
Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis, maupun dari segi aqidah, banyak mitos yang tidak berhubungan. Walaupun maksud dari nenek-nenek moyang semuanya adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat atau pantangan kehamilan yang diberitahukan itu benar secara medis maupun ilmiah. Kebanyakan hanya berdasarkan mitos atau kepercayan saja daripada kenyataannya.
Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos bermacam-macam tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu hamil maupun suaminya dapat menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang sehat. Sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang berkaitan dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya.



Berikut adalah beberapa mitos / adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan kehamilan:
a.       Tradisi masa kehamilan :
1)        Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta : Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit, gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa dibenarkan.
2)        Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya.
Fakta : Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu.
3)        Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
Fakta : secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga pada malam hari tidak dianjurkan bepergian. Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan keluar malam terlalu lama, apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2).
4)        Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat menjaga batinnya agar tidak membenci seseorang berlebihan.


5)        Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
Fakta : Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini hanyalah sebuah mitos.
6)        “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"-nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.
Fakta : Secara psikologis, perilaku tersebu justru dapat berujung pada ketakutan yang tidak bermanfaat.
7)        Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
Fakta : Secara medis-biologis, Getah nanas muda mengandung senyawa yang dapat melunakkan daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau disimpan lama akan semakin berkurang kadar getahnya. Demikian juga nanas olahan. Yang pasti nanas mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan kadar tinggi sehingga baik untuk kesehatan.
8)        Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak pada kulit bayi.
Fakta : Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang perlu diingat, jangan makan stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit perut. Mungkin memang bayi mengalami infeksi saat di dalam rahim atau di jalan lahir, sehingga timbul bercak-bercak pada kulitnya.



9)        Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.
Fakta : Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit berbau amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena aroma (bau) cairan ketuban. Yang terbaik, tentu saja makan ikan matang. Karena kebersihannya jelas terjaga ketimbang ikan mentah.
10)    Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman dingin diyakini menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.
Fakta : Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang bergizi baik dan faktor keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak berlebihan. Karena jika terlalu banyak, ulu hati akan terasa sesak dan ini tentu membuat ibu hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang berlebihan akan selalu berdampak tak baik.
11)    Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok makan per hari) menjelang kelahiran. Maksudnya agar proses persalinan berjalan lancar.
Fakta : Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus halus menjadi asam amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap oleh usus.

2.      Upacara Adat Masa Kehamilan
a.       Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2 atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul-betul hamil
Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan selamat.
b.      Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman dan surat Maryam.
Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.

Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa menuju ke tempat rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara itu, dan mereka membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak, suaminya membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran, belut, bunga, dsb. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga. Setelah rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.
c.       Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara sembuilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuar bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
d.      Upacara Reuneuh Mundingeun
Upacara Reuneuh Mundingeun dilaksanakan apabila perempuan yang mengandung lebih dari sembilan bulan,bahkan ada yang sampai 12 bulan tetapi belum melahirkan juga, perempuan yang hamil itu disebut Reuneuh Mundingeun, seperti munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh indung beurang sambil membaca doa dibawa ke kandang kerbau. Kalau tidak ada kandang kerbau, cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Perempuan yang hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan menirukan bunyi kerbau sambil dituntun dan diiringkan oleh anak-anak yang memegang cambuk. Setelah mengelilingi kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh indung beurang dimandikan dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini sudah jarang dilaksanakan.
3.      Adat budaya
a.       Masyarakat batak : Bila ada bayi lahir dirumah sendiri, si ayah akan langsung membelah kayu dengan suara yang sangat keras dan akan membuka jendela dapur lbar-lebar dengan tujuan kayu yang tadi dibelah lalu dibakar supaya asapnya membumbung tinggi. Ini menjadi pertanda bahwa di rumah tersebut ada sebuah kehidupan baru
b.      Agama lain : Adat atau budaya agama lain hampir sama atau serupa dengan agama islam tergantung lingkungan agama tersebut misalnya agama selain islam juga mengadakan syukuran bila kehamilan telah mencapai usia 4 bulan atau 7 bulan. Hanya saja bila dalam islam acara tasyakuran diisi dengan bacaat do’a-do’a yang ada dalam al-qur’an, agama lain dibacakan do’a-do’a menurut kepercayaan mereka

C.    FASILITAS KESEHATAN
Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan kesehatan untuk memeriksa kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang mudah dan terjangkau akan memberi kemudaahan bagi ibu hamil untuk sering memeriksakan kehamilannya dan untuk mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat. Bidan dapat memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM dan fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan aman bagi kehamilan dan persalinannya.
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI)
Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang mudah terjangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk sering memeriksakan kehamilannya dan untuk mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat. Bidan dapat memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM, dan fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan aman bagi kehamilan dan persalinanya.
Fasilitas kesehatan dikatakan baik atau tidak baik sesuai dengan (Indrayani. 2011):
1.             Jangkauan. Apakah fasilitas kesehatan tersebut dapat dijangkau dengan mudah atau sulit.
2.             Kelengkapan. Demi kelancaran tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat diharapkan kelengkapannya terpenuhi. Minimal dapat menangani kegawatdaruratan.
3.             Tenaga kesehatan. Dalam memberikan pelayanan harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan.

Fasilitas kesehatan yang lengkap akan mendukung dalam target penurunan AKI dan AKB, Yaitu :
1.      Fasilitas kesehatan di tingkat desa PUSTU, pondok bersalin yang disediakan untuk bidan PTT
2.      Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kelurahan biasanya kurang lengkap sehingga pada pelaksanaannya apabila ada ibu hamil yang memerlikan tindakan kegawat daruratan
3.      Dirujuk ke rumah sakit yang ada di wilayah kabupaten dimana mempunyai fasilitas perlengkapan alat yang lebih lengkap, dan tenaga medis, dokter spesialis lebih banyak
4.      Untuk itu sebagai bidan harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang luas agar dalam memberikan pelayanan pada masyarakat setidaknya bisa memberikan pertolongan pertama pada tindakan kegawat daruratan
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI).
Pemanfaatan pelayanan antenatal care dan sejumlah ibu hamil di Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang di tetapkan. Hal ini cenderung menyulitkan tenaga kesehatan dalam melekukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor resiko kehamilan yang penting segera di tangani. Fasilitas kesehatan
Kurangnya pemanfaatan antenatal care oleh ibu hamil ini berhubungan dengan faktor-faktor:
a.            Predis posisi (predis porsing factors)
Terwujud dalam pendidikan umlah anak, pendidikan suami, sikap, umur, pekerjaan, pendataan, pengetahuan ibu hamil dan sebagaimnya.
b.           Pemungkin atau pendukung (enabling factors)
Terwujud dalam jarak fisik lokasi, biaya antenatal care, fasilitas pelayanan antenatal care, waktu tunggu dan sebagainya.
c.       Penguat (reinforcing factors )
terwujud dalam perilaku petugas pelayanan antenatal care, sikap petugas pelayanan antenatal care, sikap tokoh masyarakat.

Dampak dari kurangnya pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil akan menimbulkan kerugian tidak saja pada ibu hamil itu sendiri tetapi juga pengaruh buruk bagi anak yang akan dilahirkan.
Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain :        
  1. Perdarahan
  2. Infeksi dan eklamsia  
  3. Anemia
  4. Terlalu muda atau tua,sering dan banyak


Macam-macam fasilitas kesehatan :
1)      PUSKESMAS
Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang bertempat di kecamatan dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan klinik2 kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan rakyat.
Sasaran pelayanan di klinik keperawatan adalah kasus-kasus yang memerlukan asuhan keperawatan yang terdiri dari :
a)      Sasaran prioritas
Sasaran prioritas individu adalah usia lanjut, penderita penyakit menular (a.l TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare, Ispa,/Penumonia), penderita penyakit degeneratif. Sasaran prioritas ini kemudian akan dilakukan tindak lanjut dengan kunjungan rumah untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit, ketidak teraturan minum obat, dan meminimalkan bertambah buruknya kondisi pasien karena faktor lain di lingkungan tempat tinggal.
b)      Sasaran non prioritas
Adalah sasaran yang perlu mendapatkan asuhan keperawatan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan pengobatan ataupun pelayanan kesehatan ainnya. Antara lain : jahit luka, perawatan luka, ganti balutan, kontrol pasca operasi, perawatan luka bakar, pembersihan kotoran ditelinga, circumcisi/kithan, pemasangan kateter, pemeriksaan rekam jantung, oksigenasi, dan tindakan lain
sesuai dengan ketersediaan sarana di masing-masing Puskesmas.
Masyarakat golongan ekonomi lemah selalu diidentikkan dengan kelompok orang miskin. Pengidentifikasian ini didasarkan pada rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan, rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya tingkat produktivitas dan minimnya permodalan menjadi faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya daya tabung dan juga rendahnya posisi tawar dengan pihak luar. Masing-masing seperti mata rantai yang membentuk lingkaran kemiskinan yang tidak berujung pangkal, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan pendapatan per kapita.

2)      RUMAH SAKIT
Tipe rumah sakit di Indonesia terdiri dari :
a)      Rumah sakit umum
b)      Rumah sakit terspesialisasi
c)      Rumah sakit penelitian atau pendidikan
d)     Rumah sakit lembaga atau perusahaan
Klinik Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan Indonesia, melalui keputusan Dirjen Pelayanan Medik.
Sasaran pelayanan / macam-macam pelayanan yang diberikan :
o   Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis
o   Pelaksanaan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis
o   Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman
o   Melaksanakan pelayanan medis khusus
o   Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan
o   Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi
o   Melaksanakan pelayanan kedokteran social
o   Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan
o   Melaksanakan pelayanan penyuluhan rawat jalan Atau rawat darurat dan rawat tinggal.

D.    FAKTOR EKONOMI
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi  kehamilan ibu karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan dan transportasi/ sarana angkutan. Masalah keuangan sering timbul didalam kehidupan keluarga. Memang dalam hal ini bidan tidak bertanggung jawab atas pemecahan masalah keluarga tetapi hendaknya menunjukan empatinya serta mencoba memberikan pemahaman akan manfat finansial yang tersedia untuk kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan harus dapat memperoleh informasi mengenai kondisi ekonomi klien apakah ibu dan keluarga tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya selama kehamilan.
Tingkat social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil yang baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
Ibu akan lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai seorang ibu. Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ibu hamil yang lemah akan mendapatkan banyak kesulitan terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer.
Tingkat social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil yang baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
1.         Sosial ekonomi menentukan bagaimanakah seseorang dalam memilih fasilitas dalam pelayanan kesehatan
2.         Banyak masyarakat di indonesia yang mempunyai sosial ekonomi di bawah garis kemiskinan
3.         Dalam pengambilan keputusan sering terjadi keterlambatan sehingga berdampak kefatalan dan kematian
4.         Program pemerintah yaitu: adanya ASKES untuk para PNS, JPKM, ASESKIN
5.         Diharapkan dapat meringankan beban dari segi pembiayaan masyarakat
6.         Ada pula bila ibu tinggal ditempat yang kumuh, dan rumah kontrakan yang sempit. Keadaan ini sangat tidak nyaman bagi ibu, dan pada akhirnya akan membuat ibu stress dan tergaggu psikisnya.
Keadaan ibu hamil yang ada pada posisi :
a.              Ekonomi bawah
b.             Ekonomi tengah
c.              Ekonomi atas
Meliputi kondisi kesehatan, frekuensi ANC, tempat periksa,dan asupan nutrisi selama hamil ialah sebagai berikut :
  1. Ibu hamil dari ekonomi bawah
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi bawah biasanya kurang. Ini bisa disebabkan karena kurangnya fasilitas kesehatan yang tersedia atau karena kurangnya dana bagi ibu dan bisa juga karena kurangnya pengetahuan si ibu untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari ekonomi bawah ini, jarang atau bahkan tidak memeriksakan kehamilannya karena keterbatasan dana, dan pengetahuan ibu untuk memeriksakan kondisi kehamilannya. Ibu mungkin akan berkunjung ke rumah bidan untuk memeriksakan kondisi kehamilanya bila merasakan adanya hal yang tidak beres pada kehamilannya. Asupan nutrisi ibu hamil ini tentunya kurang karena janin yang ada di kandungan membutuhkan banyak sekali nutrisi sdangkan untuk makan pun hanya bisa satu kali sehari.
  1. Ibu hamil dari ekonomi menengah
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi menengah umumnya cukup. Ini disebabkan karena baik dari fasilitas kesehatan yang tersedia atau karena dana bagi ibu yang memadai bgi iu untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa juga karena ibu berpengetahuan untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari ekonomi menengah ini, cukup rutin setiap trimesternya untuk memeriksakan kondisi kehamilannya. Biasanya si ibu akn memeriksakan kehamilannya di bidan. Asupan nutrisi ibu hamil ini cukup bagi janin yang ada di kandungan, janin membutuhkan banyak sekali nutrisi. Ibu akan berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya karena dengan terpenuhinya nutrisi janin, janin akan berkembang maksimal.
  1. Ibu hamil dari ekonomi atas
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi atas umumnya baik. Ini disebabkan karena baik dari fasilitas kesehatan yang tersedia atau dana bagi ibu yang memadai bagi ibu untuk memeriksakan kehamilannya dan karena ibu berpengetahuan untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari ekonomi atas ini, rutin setiap trimesternya untuk memeriksakan kondisi kehamilannya. Ibu akan memeriksakan kondisi kehamilannya ke bidan atau dokter spesialis kandungan. Asupan nutrisi ibu hamil ini cukup bagi janin yang ada di kandungan, janin membutuhkan banyak sekali nutrisi. Ibu akan berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya karena dengan terpenuhinya nutrisi janin, janin akan berkembang maksimal. Selain asupan nutrisi, ibu hamil dari ekonomi atas ini juga melakukan senam hamil untuk menjaga kehamilannya baik dan berharap nantinya saat persalinan akan mudah.

Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. (Indrayani. 2011)
Jika seorang wanita termasuk keluarga miskin, maka perempuan terjerat hidup dengan gizi rendah dan akhirnya menderita anemia dan cenderung melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sehingga dalam proses tumbuh kembang selanjutnya mengalami hambatan. Kemiskinan sangat berpengaruh menentukan tingkat akses dan pelayanan kesehatan bagi perempuan maupun Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE). (Indrayani. 2011)
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan, dan transportasi/sarana angkutan.
Masalah keuangan sering timbul di dalam kehidupan keluarga. Memang dalam hal ini bidan tidak bertanggung jawab atas pemecahan masalah keluarga tetapi hendaknya menunjukan empatinya serta mencoba memberikan pemahaman akan manfaat finansial yang tersedia unutk kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan harus dapat memperoleh informasi mengenai kondisi ekonomi klien apakah ibu dan keluarga tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya selama kehamilan.

BAB III
PENUTUP
A.        Kesimpulan
Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya dan Ekonomi Kebiasaan Adat Istiadat Persepsi tentang kehamilan berbeda-beda menurut adat-istiadat daerah masing-masing. Kebiasaan/mitos tersebut dapat mempengaruhi psikologi ibu (cemas dan khawatir).
Fasilitas Kesehatan yang memadai akan sangat menentukan kualitas pelayanan. o Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat. o Langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. o Upaya penurunan angka kematian ibu ( AKI ).
Ekonomi q Tingkat sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikologis ibu hamil. q Ibu hamil dengan kondisi ekonomi yang lemah akan mendapatkan banyak kesulitan terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer.

B.         Saran
Untuk Masyarakat diharapkan dapat memahami betapa pentingnya mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin jadi masyarakat harus dapat berfikir realistis bahwa kebiasaan adat yang kurang baik atau bahkan dapat merugihkan jangan ditiru.
Untuk Ibu hamil diharap dapat memilih yang terbaik bagi kondisi bayi dan janin ibu sendiri jangan mengikuti adat yang dapat merugihkan bagi si ibu dan bayi kebutuhan gizi harus simbang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan juga faktor lingkungan sangat berperan dalam kondisi ibu dan bayi hindari polo-pola yang buruk dan ekonomi harus diperhatikan agar saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dapat ditangani dengan baik.
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang positif dan membangun, guna penyusunan makalah kami berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah dan yulianti, 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan I. Jakarta : Trans Info Media ( TIM )
Kurnia Fatmala, Norma. 2012. Faktor – faktor  Yang Mempengaruhi Kehamilan. ( Online ) Tersedia : http://midwifemala.blogspot.com/2011/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Yuechan, 2011. Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan. ( Online ) Tersedia : http://ssilolaa.blogspot.com/2011/04/askeb-1-faktor2-yg-memengaruhi.html
Liana, Merry. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan. ( Online ) Tersedia : http://merry-creations.blogspot.com/2013/02/faktor-luar-yang-mempengaruhi-kehamilan.html
Fanna, Opi. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan. ( Online ) Tersedia :  http://www.slideshare.net/septianraha/askeb-i-faktor-yg-mempengaruhi-kehamilan
Diakses pada tanggal 20 Desember 2014 pukul 14.00 s.d




















                                                                                                         



0 komentar:

Posting Komentar

 

GMF ANA Endutz 10 Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos