MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DEMAM FEBRIS
Disusun Oleh :
Siti Faridhotun Rizkiyana
1301090
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN KH.PUTRA
BREBES
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Febris atau yang biasa disebut dengan
demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa,
yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi. (Guyton, 1990).
Keadaan ini
sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan keluhan utama dari
50% pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya
pada pasien anak-anak, tetapi pada pasien dewasa maupun lansia febris juga
dapat sering terjadi tergantung dari sistem imun. Pada
febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin.
Pasien dengan gejala febris dapat
mempunyai diagnosis definitif bermacam-macam atau dengan kata lain febris
merupakan gejala dari banyak jenis penyakit. Febris dapat berhubungan dengan
infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain.
(Julia, 2000).
Contoh penyakit infeksi bakteri yang
memberikan gejala febris adalah meningitis, bakteremia, sepsis, enteritis,
pneumonia, pericarditis, osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis, otitis
media, pharyngitis, sinusitis, infeksi saluran urin, enteritis,
appendicitis. Sedangkan untuk penyakit infeksi virus yang memberikan gejala
febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis, exanthema enterovirus,
gastroenteritis, dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari febris
adalah cuaca yang terlalu panas, memakai pakaian yang terlalu ketat dan
dehidrasi.
Untuk febris yang disebabkan oleh
penyakit infeksi biasanya akan diberikan obat antibiotic sedangkan dari non
infeksi akan dilihat penyebab dari febris itu sendiri. Febris dapat segera
teratasi dengan terapi dan perawatan yang tepat. Namun, apabila febris tidak
diatasi dan diberikan perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu kegawatan
yang mengancam jiwa pasien.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk memahami definisi febris.
2.
Untuk memahami etiologi
febris.
3.
Untuk memahami klasifikasi
febris.
4.
Untuk memahami
patofisiologi febris.
5.
Untuk memahami manifestasi
klinis febris
6.
Untuk memahami komplikasi
febris
7.
Untuk memahami
penatalaksanaan febris
8.
Untuk memahami pemeriksaan
penunjang febris
9.
Untuk mengetahui Pengkajian,
Diagnosa keperawatan dan Rencana Keperawatan.
10. Serta dapat membuat Asuhan Keperawatan Dengan Pasien
febris,
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Febris
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang
melewati batas normal yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita
2003).
Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh(diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra
kronium.
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa,
dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan
suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga
38° C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu
tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia)
(Julia, 2000).
B. Etiologi Febris
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000
bahwa etiologi febris,diantaranya
1.
Suhu lingkungan.
2.
Adanya infeksi.
3.
Pneumonia.
4.
Malaria.
5.
Otitis media.
6.
Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi
pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau
dehidrasi.
C.
Klasifikasi Febris
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010),
adalah :
Fever
|
Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses
patologis
|
Hyperthermia
|
Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada
makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena
induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat –
obatan
|
Malignant Hyperthermia
|
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai
kekakuan otot karena anestesi total
|
Tipe - tipe demam.diantaranya:
1.
Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
2.
Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
3.
Demam intermiten
Suhu
badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana
4.
Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi
sekali disebut hiperpireksia
- Demam siklik
Terjadi
kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang
dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk
malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien
dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit
yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.
D. Patofisisologi
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi
sebagai pusat pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu
nilai yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point.
Pada demam hypothalamic thermal set point meningkat dan
mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu
tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen
dari dalam lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil
reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga
dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam
dapat digambarkan sebagai berikut :
Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin
dan virus) à menginduksi sel darah putih untuk produksi pirogen
endogen àyang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a, selain itu ada IL-6 dan
IFN à bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum
pada lamina terminalis (OVLT) à OVLT dikelilingi oleh porsio medial
dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum.
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik
berdampak pada jaringan neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran
di sawar darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk
merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk
transport aktif sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel
endotel di neural vasculature, yang mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin
E2, yang merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel
pre-optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif
pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid
pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural
vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris oleh
lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral
vasculature pada beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan
pada banyak sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons
syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk
sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah
produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan
seluler.
Sitokin proinflamotori à masuk ke sirkulasi
hipotalamik à stimulasi pengeluaran PG lokal, resetting set point termal
hipotalamik àsitokin proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10
dan substansi lain seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) àmembatasi
besar dan lamanya demam.
E. Manifestasi
Klinis
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang
timbul bervariasi tergantung pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda
dan gejala
- Peningkatan
denyut jantung
- Peningkatan
laju dan kedalaman pernapasan
- Mengigil
akibat tegangan dan kontraksi otot
- Peningkatan
suhu tubuh
- Pengeluaran
keringat berlebih
-
Rambut pada kulit berdiri
-
Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda
dan gejala
-
Proses mengigil lenyap
-
Kulit terasa hangat / panas
- Merasa
tidak panas / dingin
- Peningkatan
nadi
- Peningkatan
rasa haus
- Dehidrasi
- Kelemahan
- Kehilangan
nafsu makan ( jika demam meningkat)
- Nyeri
pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda
dan gejala
-
Kulit tampak merah dan hangat
-
Berkeringat
- Mengigil
ringan
- Kemungkinan
mengalami dehidrasi
F. Komplikasi Febris
Menurut Corwin
(2000),komplikasi febris diantaranya:
1.
Takikardi
2.
Sufisiensi
Jantung
3.
Sufisiensi
Pulmonal
4.
Kejang
Demam
F. Penatalaksanaan Febris
1.
Secara Fisik
a.
Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b. Pakaian
anak diusahakan tidak tebal
c. Memberikan
minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d. Memberikan
kompres
Berikut ini cara mengkompres yang benar :
-
Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin
atau es
-
Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu
tangan yang telah dibasahi air hangat
-
Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
-
Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan
membasahinya dengan air hangat
2.
Obat-
obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral
menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.Antipiretik berguna untuk
mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase
sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas
tidak ada lagi Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar
penyakit ini tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total
minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya
komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak
banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus
dihindari, jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk memberi kesempatan
kepada usus menjalani upaya penyembuhan.
Pengobatan yang diberikan untuk pasien
febris typoid adalah antibiotika golongan
Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari;
Petunjuk
pemberian antipiretik:
- Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
- Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup parasetamol
- Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan
dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in
diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap
sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan
pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien
berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam
G. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang
mutakhir, yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi
atu scanning, masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat
diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai.
Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau
limfangiografi.
H. Pengkajian
1.
Identitas Pasien
a.
Identitas : Meliputi nama, umur, pendidikan, susku
bangsa, pekerjaan, agama, alamat.
b.
Riwayat kesehatan
1)
Keluhan utama (keluhan yang
dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
2)
Riwayat kesehatan sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul
demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah,
nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
3)
Riwayat
kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
4)
Riwayat kesehatan keluarga
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak)
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum : kesadaran, vital
sign, status nutrisi
b.
Pemeriksaan persistem
-
Sistem persepsi sensori
-
Sistem
persyarafan : kesadaran
-
Sistem
pernafasan
-
Sistem
kardiovaskuler
-
Sistem
gastrointestinal
-
Sistem
integument
-
Sistem
perkemihan
3.
Pada
fungsi kesehatan
a.
Pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b.
Pola
nutrisi dan metabolism
c.
Pola
eliminasi
d.
Pola
aktivitas dan latihan
e.
Pola
tidur dan istirahat
f.
Pola kognitif dan perceptual
g.
Pola
toleransi dan koping stress
h.
Pola
nilai dan keyakinan
i.
Pola
hubungan dan peran
4.
Pemeriksaan
penunjang
a.
Laboratorium
b.
Foto
rontgent
c.
USG
I.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin
muncul
1.
Hipertemia berhubungan dengan
proses penyakit
2.
Resiko injury berhubungan
dengan infeksi mikroorganisme
3.
Resiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporesisi
J.
Discharge Planning
1.
Ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan
dokter atau Perawat
2.
Instruksikan untuk memberikan
pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
3.
Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
4.
Intruksikan untuk kontrol ulang
5.
Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.
I. Rencana Keperawatan
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil (NOC)
|
Intervensi
(NIC)
|
1.
|
Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit.
Batasan karakeristik :
·
kenaikan suhu tubuh diatas
rentang normal
·
serangan atau konvulsi
(kejang)
·
kulit kemerahan
·
pertambahan RR
·
takikardi
·
saat disentuh tangan terasa
hangat
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ….X 24
jam, pasien mengalami keseimbangan termoregulasi dengan kriteria hasil :
· Suhu tubuh dalam rentang normal
35,9 C – 37,5 C
·
Nadi dan RR dalam rentang
normal
·
Tidak ada perubahan warna
kulit
·
Tidak ada pusing
|
Mengontrol panas
· Monitor suhu minimal tiap 2 jam
· Monitor suhu basal secara kontinyu sesui dengan
kebutuhan.
· Monitor TD, Nadi, dan RR
· Monitor warna dan suhu kulit
· Monitor penurunan tingkat kesadaran
· Monitor WBC,Hb, Hct
· Monitor intake dan output
· Berikan anti piretik
· Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam
· Selimuti pasien
· Lakukan Tapid sponge
· Berikan cairan intra vena
· Kompres pasien pada lipat paha, aksila
dan leher
· Tingkatkan sirkulasi udara
· Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature Regulation
· Monitor tanda- tanda hipertermi
· Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
· Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat
panas
· Diskusikan tetang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari kedinginan
· Berikan obat antipiretik sesuai dengan kebutuhan
· Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk
mengatasi gangguan suhu tubuh sesuai dengan kebutuhan
· Lepasakan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien
dengan hanya selembar pakaian.
Vital Sign Monitoring
§ Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
§ Catat adanya fluktuasi tekanan darah
§ Monitor vital sign saat pasien berdiri, duduk
dan berbaring
§ Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
§ Monitor TD, Nadi, dan RR sebelum, selama, dan
sesudah aktivitas
§ Monitor kualitas dari nadi
§ Monitor frekuensi dan irama pernapasan
§ Monitor suara paru
§ Monitor pola pernapasan abnormal
§ Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
§ Monitor sianosis perifer
§ Monitor adanya tekanan nadi yang melebar ,
bradikardi, peningkatan sistolik (Chusing Triad)
§ Identifikasi penyebab dari perubahan vital Sign
|
2.
|
Resiko injury berhubungan dengan infeksi
mikroorganisme
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24
jam, pasien tidak mengalami injury.
Risk Injury
Kriteria Hasil :
§ Klien terbebas dari cidera
§ Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk
mencegah injury atau cedera
§ Klien mampu menjelaskan factor resiko
dari lingkunga atau perilaku personal
§ Mampu memodifikasi gaya hidup untuk
mencegah injury
§ Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
§ Mampu mengenali perubahan status
kesehatan
|
· Sediakan lingkungan yang aman
untuk pasien
· Identifikasi kebutuhan keamanan
pasien sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
penyakit terdahulu pasien
· Menghindari lingkungan yang
berbahaya misalnya memindahkan perabotan
· Memasang side rail tempat tidur
· Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
· Meletakan saklar lampu ditempat
yang mudah dijangkau pasien
· Membatasi pengunjung
· Memberikan penerangan yang
cukup
· Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
· Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
· Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
· Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.
|
3
|
Resiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko
faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (hipermetabolik)
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24
jam, fluid balance dengan kriteria hasil :
·
Mempertahankan urine output
sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
·
Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal
·
Tidak ada tanda- tanda
dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan.
|
Fluid management:
·
Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
·
Monitor status dehidrasi(
kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
·
Monitor vital sign
·
Monitor asupan makanan/
cairan dan hitung intake kalori harian
·
Lakukan terapi IV
·
Monitor status nutrisi
·
Berikan cairan
·
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
·
Dorong masukan oral
·
Berikan penggantian
nasogastrik sesuai output
·
Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
·
Anjurkan minum kurang lebih
7-8 gelas belimbing perhari
·
Kolaborasi
dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
·
Atur kemungkinan transfusi
|
Daftar
Pustaka
Putra , Komarudin. 2010 .Asuhan Keperawatan Febris . ( Online )
Tersedia : http://stikesbp.blogspot.com/2013/06/askep-febris.html
Kurnia, Rizki. 2011. Asuhan Keperawatan Demam Febris. (
Online ) Tersedia :
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2013 jam 14.30 s.d
0 komentar:
Posting Komentar